Sabtu, 22 November 2014

Layanan seks komersial Gang Dolly lebih modern pasca-ditutup




Keliaran Gang Dolly dan Jarak, pasca-penutupan lokalisasi oleh Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini pada 18 Juni 2014 silam, makin terasa. Meski tidak 'bermain' di tempat, praktik pemuas syahwat tetap terorganisir cukup baik. Para pekerja seks komersial (PSK) tidak berada di jalan-jalan, tapi tersimpan rapi di rumah kos yang dirahasiakan.

Di lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara yang terletak di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan ini, kini menyajikan layanan prostitusi antar-jemput. Cewek-cewek pelayan syahwat, dipamerkan ke pelanggan, tidak lagi duduk manis di atas sofa 'akuarium raksasa,' melainkan melalui mesin smartphone, baik bentuk BlackBerry maupun Android yang dibawa para mucikari.

Cukup modern. Sistem layanan yang diterapkan di Gang Dolly saat ini, tak kalah dengan prostitusi via online, yang kerap menjadi pusat perhatian polisi. Sistem layanan di lokalisasi yang didirikan Nonik Belanda, Dolly van der Mart ini, saat ini mirip dengan gaya dagang resto siap saji dengan layanan drivethru: "Anda bayar, pesanan kita antar."

Tak hanya modern. Penghasilan para PSK dan mucikari-pun kian bertambah. Bahkan, melahirkan pekerjaan baru bagi para pengangguran. Gang Dolly dan Jarak, kini tidak hanya dihuni germo, mucikari dan PSK saja, melainkan ada Anjelo, atau antar jemput lonte.

Tiap dapat job, si Anjelo kebagian antar Rp 50 hingga 100 ribu rupiah, tergantung tarif cewek yang dibandrol. Tarif layanan cinta semalam saat ini, antara Rp 300 hingga 450 ribu rupiah.

Ada juga yang bertarif antara Rp 500 hingga 750 ribu rupiah sekali main. Tentu harga ini adalah tarif PSK-PSK berkelas, dan bukan bekas PSK Dolly dan Jarak. Harga tersebut, sudah termasuk sewa hotel dan tips bagi Anjelo

Meski kini hanya melayani jasa antar perempuan pemuas nafsu, para pria hidung belang berkantong tipis juga tak perlu khawatir tak bisa menikmati jasa esek-esek PSK Dolly dan Jarak. Sebab, mereka juga menyediakan layanan 'makan' di tempat.

Hanya saja, layanan itu khusus bagi mereka (lelaki hidung belang) yang familiar di kalangan mucikari. Artinya, pernah menjadi pelanggan tetap wisma sebelum Gang Dolly dan Jarak 'dibombardir' Pemkot Surabaya.

"Tidak semua orang bisa masuk ke sana. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa. Sekarang PSK-PSK-nya kan tidak di lokasi, tapi dikoskan di tempat yang dirahasiakan," terang BDH, salah satu pelanggan tetap eks-wisma di Dolly via SMS (pesan elektronik).

Pria yang akrab disapa Entut oleh rekan-rekannya itu, juga mengungkap, meski mendapat kemudahan fasilitas layanan 'main' di tempat, para pelanggan tetap ini, juga tidak begitu saja langsung menikmati 'hiburan malamnya.'

"Mereka (para pelanggan tetap) akan dibawa masuk ke lorong-lorong dan dipertemukan dengan perempuan pilihannya di satu tempat. Itu-pun masih dibawa putar-putar lagi ke tempat rahasia yang akan dijadikan kamar 'pengantin' semalam. Mereka juga menjamin tempat itu aman dari jangkauan petugas," papar si Entut.

Kalau main di tempat, masih kata dia, harganya jauh lebih murah. Harga yang dibandrol masih sama saat Gang Dolly dan Jarak masih buka. "Harganya antara Rp 100 sampai 200 ribu rupiah, kalau main di tempat. Tapi kalau dibawa keluar bisa sampai Rp 500 ribuan, atau bisa lebih. Tapi ya tetap tergantung cewek yang dipilih, tarifnya bervariasi sesuai selera."

"Untuk transaksinya ya di pinggir-pinggir jalan (di Dolly dan Jarak) itu. Sistemnya sekarang mirip-mirip transaksi hotel di kawasan Tretes, Pandaan," pungkasnya.