Pada 12 November 2014 nanti, manusia untuk pertama kalinya bakal mendarat di permukaan komet. Memang yang bakal mendarat bukan manusia, melainkan hanya wahananya. Namun, ini tetap sebuah pencapaian berarti.
Wahana yang bakal mendarat bernama Philae. Wahana ini adalah satu kesatuan dengan misi Rosetta yang dikendalikan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA). Komet yang menjadi tujuan pendaratan sendiri bernama 67P/Churyumov–Gerasimenko.
Berbulan-bulan menuntaskan misi ini, ilmuwan memilih lokasi yang baik untuk pendaratan. Kriteria lokasi yang baik adalah memiliki permukaan datar yang cukup luas dan mendukung komunikasi yang baik dengan Rosetta dan pengendali di Bumi.
Setelah seleksi, tim ESA akhirnya memilih sebuah wilayah yang bernama situs J. Di antara sejumlah spot, situs J paling memenuhi syarat. Salah satu kelebihannya adalah pencahayaan oleh Matahari yang cukup.
Namun, ESA merasa bahwa penentuan situs saja tak cukup. Tempat pendaratan itu harus punya arti tersendiri, dikenang, dan legendaris. Karenanya, ESA menggelar kontes penamaan situs J.
Sejumlah 8.000 orang dari 135 negara orang mengirim gagasan tentang nama. Gagasan lalu dipilih dan dipublikasikan untuk meminta pendapat publik lewat voting. Dari proses itu, akhirnya ESA memilih nama "Agilkia". Nama itu dipilih oleh lebih dari 150 orang.
Agilkia adalah nama pulau kecil di Sungai Nil. Pulau ini adalah tempat sejumlah bangunan bersejarah Mesir, seperti Kuil Isis, dipindahkan dari Pulau Philae yang tenggelam akibat luapan air dari Bendungan Aswan.
Fred Jansen dari ESA seperti dikutip Astronomy, Selasa (4/11/2014), mengatakan bahwa nama itu sangat sesuai, mencerminkan misi yang penuh tantangan. Misi pendaratan Philae seperti misi pemindahan bangunan bersejarah dari Philae ke Agilkia pada tahun 1960-an sampai 1970-an.
Philae rencananya akan mendarat di Agilkia setelah dilepaskan oleh Rosetta pada 12 November 2014 pukul 15.35 WIB. Perjalanan ke permukaan Agilkia setara dengan perjalanan Jakarta-Tokyo, lebih kurang 7 jam.
Begitu mendarat, Philae bakal memotret panorama di sekelilingnya. Eksperimen di permukaan komet akan dimulai satu jam setelah pendaratan hingga 64 jam setelahnya. [kompas.com]
Wahana yang bakal mendarat bernama Philae. Wahana ini adalah satu kesatuan dengan misi Rosetta yang dikendalikan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA). Komet yang menjadi tujuan pendaratan sendiri bernama 67P/Churyumov–Gerasimenko.
Berbulan-bulan menuntaskan misi ini, ilmuwan memilih lokasi yang baik untuk pendaratan. Kriteria lokasi yang baik adalah memiliki permukaan datar yang cukup luas dan mendukung komunikasi yang baik dengan Rosetta dan pengendali di Bumi.
Setelah seleksi, tim ESA akhirnya memilih sebuah wilayah yang bernama situs J. Di antara sejumlah spot, situs J paling memenuhi syarat. Salah satu kelebihannya adalah pencahayaan oleh Matahari yang cukup.
Namun, ESA merasa bahwa penentuan situs saja tak cukup. Tempat pendaratan itu harus punya arti tersendiri, dikenang, dan legendaris. Karenanya, ESA menggelar kontes penamaan situs J.
Sejumlah 8.000 orang dari 135 negara orang mengirim gagasan tentang nama. Gagasan lalu dipilih dan dipublikasikan untuk meminta pendapat publik lewat voting. Dari proses itu, akhirnya ESA memilih nama "Agilkia". Nama itu dipilih oleh lebih dari 150 orang.
Agilkia adalah nama pulau kecil di Sungai Nil. Pulau ini adalah tempat sejumlah bangunan bersejarah Mesir, seperti Kuil Isis, dipindahkan dari Pulau Philae yang tenggelam akibat luapan air dari Bendungan Aswan.
Fred Jansen dari ESA seperti dikutip Astronomy, Selasa (4/11/2014), mengatakan bahwa nama itu sangat sesuai, mencerminkan misi yang penuh tantangan. Misi pendaratan Philae seperti misi pemindahan bangunan bersejarah dari Philae ke Agilkia pada tahun 1960-an sampai 1970-an.
Philae rencananya akan mendarat di Agilkia setelah dilepaskan oleh Rosetta pada 12 November 2014 pukul 15.35 WIB. Perjalanan ke permukaan Agilkia setara dengan perjalanan Jakarta-Tokyo, lebih kurang 7 jam.
Begitu mendarat, Philae bakal memotret panorama di sekelilingnya. Eksperimen di permukaan komet akan dimulai satu jam setelah pendaratan hingga 64 jam setelahnya. [kompas.com]