Jumat, 07 November 2014

5 Anak muda ini layak jadi teladan pemuda Indonesia


Pemuda adalah tulang punggung bagi negaranya. Tak salah ungkapan ini jika ditujukan kepada generasi muda penerus bangsa ini.

Anak muda pun dipercaya memiliki energi kreatifitas dan daya juang yang lebih. Jika diberi kesempatan dan modal yang cukup, mereka diyakini mampu membuat terobosan-terobosan baru diberbagai bidang.

Namun, kadang kala semangat golongan muda ini dinafikkan oleh golongan tua. Mereka menganggap anak-anak muda terlalu ambisius dan tak bisa mengikuti pakem yang telah ditetapkan.

Berikut anak-anak muda Indonesia yang mampu menjadi teladan bagi anak seusianya dalam memperjuangkan cita-cita, seperti dihimpun merdeka.com.


1. Rafael, pengusaha muda alat olahraga
Berawal dari hobi olahraga, Rafael Rizki Adventus (Rizki) mulai membangun usahanya. Anak muda kelahiran Jakarta, 4 September 1994 ini melihat peluang bisnis dari pembuatan kostum basket dan futsal yang digandrungi anak-anak seusianya.

"Saya hobi olah raga, basket dan futsal. Kemudian saya berangkat dengan latar belakang keluarga yang kurang mampu, di mana teman-teman saya orang yang berkecukupan. Saya harus bisa berhasil dan membahagiakan kedua orang tua saya, saya harus sukses," kata Rizki saat berbincang dengan merdeka.com di Jakarta, Sabtu (2/3).

Di awal usahanya, Rizki mengaku tidak memiliki modal besar untuk memulai usaha. Yang dia punya hanyalah niat dan keberanian. Kemudian Rizki menjalin kerja sama dengan rumah-rumah produksi yang membuat jersey, jaket, kaos basket dan kaos futsal.

Dengan bendera atau label 'Motion' Rizki dengan sabar dan ulet menjajakan barang dagangannya.

Siswa kelas 3 SMA Sang Timur Jakarta ini kini sudah bisa tersenyum menikmati kerja kerasnya. "Omzet ya Rp 100 juta hingga Rp 150 juta per bulan dengan keuntungan 20-30 persen," terang Rizki.

2. Arie Setya Yudha, pengusaha baju militer
Mengawali usaha dari menjual kacamata air softgun lewat internet, kini Arie Setya Yudha mampu melebarkan sayapnya dengan menjual seragam militer melalui dunia maya. Pelanggannya mulai dari lokal hingga mancanegara, antara lain Italia, Swedia, Irlandia, Canada, Brasil, Uni Emirat Arab, hingga negeri Sakura, Jepang.

Setelah merasa cukup sukses dengan bisnis penjualan kacamata, dia belajar mendesain sendiri seragam militer. Mula-mula seragam didesain khusus untuk permainan airsoft gun. Lama kelamaan, pesanan justru dari datang dari para anggota militer.

Strategi pemasaran seragam militer itu juga melalui jejaring sosial. Satu set seragam militer dibanderol dengan harga Rp 280.000. Perlahan tapi pasti, usaha penjualan perangkat perang militer terus tumbuh. Setahun kemudian, pangsa pasarnya pun makin luas. Pesanan mulai berdatangan dari luar negeri.

Untuk memenuhi kualitas seragam militer buatannya, lima persen dari bahan bakunya diimpor, semisal emblem dan jenis kain. "Tapi tempat produksinya tetap di Yogya," ujarnya.

omzet usahanya melonjak hingga ratusan juta per tahun. Untuk strategi pemasaran, Arie mengaku memanfaatkan situs jual beli online luar negeri. Dia juga aktif dalam aneka forum-forum internasional.

3.Angga Fajar Setiawan, lulus S2 UGM ber-IPK 4,00
Angga Fajar Setiawan adalah lulusan Jurusan Teknik Sipil UGM angkatan 2008 yang berasal dari SMAN 1 Boyolangu, Tulungagung, Jawa Timur. Saat studi di UGM selama 8 semester, Angga dibebaskan membayar biaya SPP. Bahkan, di semester 6,7 dan 8 dirinya mendapatkan tambahan uang saku.

"Kebetulan waktu itu yang berasal dari SMA N 1 Boyolangu ada dua yang diterima lewat jalur PBUTM," kata Angga di UGM Yogyakarta, Selasa (8/7).

Diterima di UGM melalui jalur PBUTM tidak disia-siakan anak tukang bangunan Komarodin dan Sulin yang bekerja di Malaysia ini. Selama kuliah dia rajin belajar dan sering mengerjakan soal-soal ujian. Usahanya membuahkan hasil. Ia bisa lulus cum laude dengan IPK 3,78. Tidak hanya itu. Angga pun tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil yang mengambil program fast track (percepatan studi) dari S1 ke S2 yang akhirnya mengantarkannya lulus cum laude dengan IPK 4,00.

"Saya bersyukur mas bisa lulus S1 dan S2 dengan beasiswa. Yang S2 saya mendapatkan beasiswa dari SEAMOLEC," kata pria kelahiran 6 Juni 1989 ini.

Masih belum puas, tahun ini Angga pun berhasil mendapatkan beasiswa studi S3 di Kyoto, University. Dia tertarik untuk melanjutkan studi agar bisa mengabdi di UGM sebagai dosen.

4. Iim Karimah, dokter muda mengabdi di pelosok daerah
Dokter muda lulusan Universitas Brawijaya Iim Karimah adalah salah satu dokter muda yang saat ini sedang mengikuti program Pencerah Nusantara. Sebuah program yang digagas oleh Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Millenium Development Goals (KUKP-RI MDGs).

Adapun tugas utama dari para dokter muda yang mengikuti program ini adalah mengubah paradigma masyarakat mengenai kesehatan. Untuk itu, mereka harus bersedia untuk ditempatkan di daerah-daerah pelosok yang memerlukan penyuluhan ini.

Iim Karimah mengabdi di Puskesmas Ogotua di Kecamatan Dampa Utara, Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah bersama seorang bidan, seorang perawat dan dua orang pemerhati kesehatan. Sudah lebih dari setahun ditempatkan di sana, Iim melihat kenyataan masyarakat yang jauh dari masyarakat perkotaan.

"Pernah ada anak kecil yang datang ke Puskesmas dengan patah tangan terbuka sampai kelihatan tulang. Sang anak harus dirujuk kerumah sakit, tapi ibunya bersikeras tidak mau dibawa ke rumah sakit karena berpikir masih bisa ditangani oleh dukun," ujar dia.

Lanjut dia, selain belum menaruh kepercayaan pada ilmu kedokteran, mayoritas warga juga belum mengerti fungsi dari kartu Jamkesmas. Meskipun begitu, Iim Karimah tetap melakukan tugas yang diembannya dengan penuh kesabaran. "Tugas saya bertambah untuk menerangkan kepada warga tentang kegunaan kartu Jamkesmas," pungkas dia.

5. Raeni, anak tukang becak lulusan UNES ber-IPK 3,96
Raeni (21) mahasiswa jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Semarang (Unnes). Putri seorang penarik becak ini lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,96 (Sumlade).

"Di Unnes (Universitas Negeri Semarang) itu IPK minimal 3, jadi saya berusaha sebaik mungkin, dan nggak nyangka aja hasilnya Alhamdulillah seperti ini," ungkap Raeni bangga saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (11/6).

Buat si bungsu dari dua bersaudara ini, hasil yang diperolehnya adalah jawaban dari perjuangan panjang selama 3 tahun 6 bulan 10 hari mengenyam ilmu. Sejak di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Raeni mengaku sudah belajar dengan giat agar mendapat beasiswa.

"Alhamdulillah saya di SMK juga nilainya bagus," ungkapnya.

Rencananya, Raeni akan melanjutkan studi ke London School of Economics and Political Science di Inggris. Saat ini, Raeni tengah melakukan persiapan skor IELTS dan TOEFLnya untuk bisa mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) dari universitas terbaik ke 25 di dunia.

"Saya mau ambil gelar magisternya di LSE. Saya lihat, beberapa kali buka beritanya, TOEFL dan IELTSnya yang diminta tinggi banget. Tapi skor itu saya tempel di kamar, biar saya ingat, buat acuan saya setiap kali lihat tempelan itu, Insya Allah bisa, saya bisa mengejar itu," ungkap Raeni. [merdeka.com]