Jumat, 07 November 2014

Merekonstruksi gaya komunikasi dalam komunikasi interpersonal


Kemampuan bergaul dengan orang lain merupakan kunci hidup sukses dan kepuasan hidup. Sebaiknya kita dapat memadukan kebutuhan sendiri dengan harapan orang lain terhadap kita. Satu hal yang penting adalah ketrampilan melakukan percakapan, sehingga terwujud komunikasi dua arah yang baik.

Ketrampilan percakapan tidak begitu saja didapat, perlu melalui pengajaran serta ditingkatkan melalui pelatihan

Ada orang-orang tertentu yang seolah-olah dilahirkan untuk menjadi orang yang sukses dalam pergaulan/dengan mudahnya dapat menjalin persahabatan. Ada pula orang-orang yang justru mengalami kesukaran dalam pergaulan. Banyak faktor yang terlibat yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan dalam pergaulan, salah satunya adalah gaya kita berkomunikasi.

Tanpa kita sadari, sebenarnya gaya komunikasi itu sendiri adalah bagian dari isi berita yang kita komunikasikan.

Pada umumnya orang yang sukses dalam pergaulan bukan saja memahami dampak gaya komunikasinya pada orang lain, ia pun telah berhasil mengubahnya menjadi gaya komunikasi yang luwes dan menyenangkan.

Perjumpaan nyata antarpribadi adalah ciri hakiki sebuah pendidikan. Definisi pendidikan membawa kita menyadari tiga unsur penting yang inhern dalam proses pendidikan, yaitu
  • aku
  • kamu (baca: orang lain)
  • dunia

Pendidikan memiliki misi mengarahkan keputusan setiap pribadi dalam kerangka kehadiran orang lain dalam sebuah ruang dan waktu tertentu.

Tujuh gaya komunikasi yang tidak sehat (Dr. Paul Gunadi)

1. Si Penggagap
Ungkapan yang biasanya terlontar adalah “ Saudara seharusnya sudah mengerti maksud saya”. Pada umumnya melakukan satu kesalahan yang cukup serius dalam komunikasi, yaitu menganggap orang lain pasti memahami isi hatinya.
Gaya komunikasi seperti ini seringkali membuahkan kekecewaan dan bahkan kemarahan

2. Si Sepemenggal
Orang ini berpikir, “Bukankah sudah saya katakan semuanya itu?!” Namun sesungguhnya yang terjadi adalah ia memang belum mengemukakan seluruh pikirannya, baru sepenggal saja. Pikiran bergerak terlalu cepat atau lidahnya terlalu lamban sehingga maksud hatinya tidak tertuang sepenuhnya melalui bahasa ucapan. Gaya ini rentan terhadap frustrasi karena komunikasinya menjadi terpotong-potong dan sudah tentu, membuka pintu kesalahpahaman.

3. Si Peremeh
Pada umumnya ditandai kalimat sejenis ini: “kenapa tidak mengerti-mengerti?” atau “memang bodoh kamu!” Si peremeh memiliki satu masalah yakni ia memperlakukan semua orang sama seperti dirinya. Artinya apabila orang lain tidak bisa mengikuti kemauan atau pikirannya, ia pun marah. Sewaktu marah, bukannya ia melihat bahwa memang orang lain berbeda dengannya, ia justru memandang perbedaan sebagai kekurangan di pihak orang lain. Gaya ini cenderung merusakkan hubungan dengan orang lain.

4. Si PenyenangSi penyenang mempunyai satu misi dalam hidupnya, yakni menyenangkan hati semua orang. Akibatnya, tema seperti ini sering keluar dari bibirnya, “ saya akan lakukan apa saja bagimu asal kamu bahagia”. Bicara dengan si penyenang memang bisa menyenangkan karena ia akan mengangguk-angguk saja, namun biasanya gaya ini dapat mendangkalkan relasi pribadi. Sukar mengetahui hati si penyenang karena kurang terbuka. Cenderung menjadi orang tertekan dan tidak bahagia

5. Si Pelupa

Kita bisa lupa dan ada kalanya sengaja melupakan peristiwa tertentu. Di sini frekuensi terlalu sering. Sering berucap, “Tidak, saya tidak mengatakan itu” kenyataannya ia mengatakan hal tersebut. Orang dapat membentuk anggapan bahwa si pelupa meremehkan atau juga tidak tulus.

6. Si Pendebat

pembicaraan cenderung menjadi arena balapan kebenaran. Perhatikan kata-kata yang biasanya keluar dari mulutnya “Apa benar saya berkata demikian? Apa kamu yakin? Bagaimana dengan dirimu sendiri?” Si pendebat kaya dengan kata-kata, gaya komunikasi mirip dengan taktik menyerbu orang lain dengan bom kata-kata, cenderung melempar fokus masalah ke lawan sehingga terbebas dari kesulitan.

7. Si Talenan
rasa iba, kasihan, simpati adalah kata-kata yang sering diasosiasikan dengan si talenan karena perasaan seperti itu muncul tatkala melihatnya. Si talenan selalu menyediakan dirinya menjadi sasaran tudingan orang lain tanpa benar-benar menyadari dimana letak kesalahannya (kalau memang ada) masalahnya ialah, ia tidak berani atau berkekuatan memperhadapkan orang lain dengan kebenaran.
  • Dari penjelasan di atas kita dapat melihat bahwa gaya komunikasi dapat memancarkan kepribadian dari sesungguhnya, namun bisa pula merupakan gaya yang dipelajari.
  • Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi
Faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi interpersonal

1. Percaya/Trust
Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya.

2. Prilaku Suportif
Penyampaian pesan, perasaan dan persepsi tanpa menilai atau mengecam kelemahan dan kekurangannya.

3. Sikap Terbuka
Kemampuan menilai secara objektif, kemampuan membedakan dengan mudah, pencarian informasi dari berbagai sumber dan sebagainya.